Pemerintah Singapura Mengabarkan Warganya Mengalami Resesi Seks
Trans7News, Singapura – Menyusul China, Jepang, dan Korea Selatan, Singapura juga mengabarkan warganya mengalami resesi seks. Singapura mencetak angka kesuburan paling rendah sepanjang masa yakni 1,05 di tahun 2022. Angka ini lebih rendah dari sebelumnya yakni 1,1 di tahun 2000 dan 1,2 di tahun 2021.
Perdana Menteri Singapura Indranee Rajah menyatakan penyebab angka kelahiran Singapura 2022 turun, karena adanya kepercayaan pada kalender Lunar di tahun Macan yang diyakini warga Singapura keturunan Tionghoa.
“Karena tahun Macan di penanggalan Imlek ini umumnya berhubungan dengan angka kelahiran di Singapura yang lebih rendah di kalangan warga Tionghoa” tutur Indranee Rajah pada Sabtu (25/2).
Indranee Rajah menyampaikan data kesuburan di Singapura terus menurun selama beberapa tahun terakhir, hal ini berdasarkan jumlah rata-rata angka kelahiran di Singapura oleh tiap wanita di masa reproduksinya. Berikut penyebab angka kelahiran Singapura 2022 turun menurut Indranee Rajah.
Penyebab Angka Kelahiran Singapura 2022 Turun
Masyarakat Menunda Pernikahan
Penyebab turunnya angka kelahiran dan tingkat kesuburan di Singapura yang pertama menurut Indranee Rajah ialah karena adanya resesi seks, masyarakat memilih untuk menunda pernikahan.
“Banyak pasangan menunda memiliki anak, lebih sedikit yang memiliki anak. Hal ini sejalan dengan tren global, terjadi karena orang di Singapura hidup lebih lama” lanjutnya.
Baca Juga : Gugat Cerai Indra Bekti diajukan Aldilla Jelita ke PA Jak Sel
Warga Muda Sibuk Merawat Orang Tua
Di Singapura, angka harapan hidup saat ini mencapai 83 tahun. Singapura kini mengalami tantangan besar untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya sebab tenaga kerja tumbuh lambat.
“Ketika ukuran keluarga menyusut, kebutuhan perawatan juga meningkat. Makin banyak warga Singapura menghadapi tekanan ganda, membesarkan anak sekaligus merawat orang tua mereka yang lanjut usia, dan faktanya itu yang terjadi” ungkap Indranee Rajah.
Minim Akses Pengasuhan Anak
Selain karena resesi seks, turunnya angka kelahiran dan tingkat kesuburan di Singapura ialah karena sulitnya akses pengasuhan anak yang bisa diandalkan, padahal hal ini diperlukan terutama bagi mereka yang baru saja jadi ibu ayah atau orang tua baru untuk bisa merawat bayinya dengan baik.
“Kami akan meninjau bagaimana kami bisa mendukung para orang tua baru dengan lebih baik dalam perawatan bayi mereka” pungkas Indranee Rajah.
Biaya Hidup Tinggi
Sebab terakhir adanya penurunan angka kelahiran di Singapura 2022 ialah tingginya biaya hidup di Singapura. Saat ini hampir 80% warga Singapura tinggal di Perumahan publik yang dinaungi Housing & Development Board (HDB) sebab harga rumah terus menikah, menyebabkan masyarakat Singapura menunda menikah dan menunda berkeluarga.
Agar tidak terus terjadi resesi seks, Singapura membuat kebijakan baru memberi cuti lebih panjang untuk ayah dan intensif untuk ibu. Ayah akan mendapat cuti kerja empat minggu usai istrinya melahirkan.
Singapura juga memberi kewarganegaraan baru terutama untuk anak-anak yang lahir di luar negeri namun memiliki orang tua dari Singapura. Tahun 2022 telah diberi kewarganegaraan baru kepada 23.100 orang dan status penduduk tetap kepada 34.500 orang.