Di Tengah Perang, Wakil Menteri Ukraina Dipecat usai Kena OTT Suap Rp 6 M
Trans7News, Ukraina – Di tengah kecamuk perang, Ukraina digoyang kasus korupsi yang menyeret seorang wakil menteri. Ia dipecat usai tertangkap tangan menerima suap senilai US$ 400 ribu atau setara Rp 6 miliar.
Perdana Menteri Ukraina, Denys Shmygal, mengumumkan pemecatan Wakil Menteri Pembangunan Masyarakat, Daerah, dan Infrastruktur, Vasyl Lozynkiy, pada Minggu (22/1).
AS dan Israel Gelar Latihan Militer Besar-besaran, Kerahkan 7.600 Personel
Lozynkiy dipecat usai ditangkap Biro Anti-korupsi Nasional Ukraina (National Anti-Corruption Bureau of Ukraine/NABU) pada Sabtu lalu.
“Detektif menahan dia ketika menerima US$400 ribu,” demikian pernyataan di situs resmi NABU.
Pernyataan itu berlanjut, “Wakil menteri itu menerima dana tersebut untuk memfasilitasi kontrak pembelian peralatan dan mesin dengan harga yang digelembungkan.”
Menurut NABU, kontrak itu berkaitan dengan pengadaan peralatan untuk alternatif lampu, mesin penghangat, dan air bagi masyarakat menjelang musim dingin.
Alternatif ini sangat penting mengingat sejumlah infrastruktur Ukraina hancur lebur akibat pertempuran di tengah invasi Rusia.
Dengan pengumuman ini, pemerintah membantah laporan sejumlah media yang menyatakan bahwa Kementerian Pertahanan Ukraina meneken kontrak untuk menggelembungkan harga pangan.
Kemhan menegaskan laporan itu “salah” dan “Kemhan hanya membeli produk relevan sesuai dengan prosedur hukum.”
Melansir CNN Indonesia, Ketika kabar ini menggegerkan Ukraina, Presiden Volodymyr Zelensky berjanji akan memprioritaskan pemberantasan korupsi, selagi negaranya juga menghalau gempuran Rusia.
Ukraina memang sudah sejak lama dijerat korupsi besar-besaran. Sebelum perang melanda, Zelensky memang sedang berupaya menumpas rasuah di negaranya.
Isu korupsi ini menjadi perhatian tersendiri di tengah konflik karena dianggap akan sangat berpengaruh pada proses pemulihan ketika perang usai kelak, terutama jika mereka membutuhkan bantuan asing.
Belakangan, sejumlah pejabat Amerika Serikat juga sudah menyuarakan kekhawatiran senjata yang mereka berikan ke Ukraina bakal menjadi target pencurian untuk dijual kembali.