BPJS Kesehatan Buka Suara tentang Sekali Cuci Darah Butuh Rp 820 ribu – Rp 1,2 juta
Trans7News, Jakarta – Direktur Utama BPJS Kesehatan Ghufron Mukti buka suara tentang biaya tinggi yang ditanggung BPJS Kesehatan untuk penyakit tertentu, salah satunya ialah penyakit ginjal atau diabetes yang butuh cuci darah.
Diketahui bahwa per sekali biaya cuci darah membutuhkan Rp 820 – 1,2 juta sesuai rumah sakitnya. Sebab itu, pihaknya menganggarkan dana hingga Rp 9 Triliun untuk pembiayaan tersebut, untuk merawat peserta.
“Dengan skrining tahap awal, biaya kesehatan pasti akan naik, BPJS Kesehatan di tahun ini menganggarkan dana khusus untuk perawatan dan skrining, setidaknya Rp 9 triliun tambahan alokasi anggarannya” terangnya pada Senin (30/1).
Program skrining penyakit BPJS Kesehatan dilakukan lebih intensif di tahun ini yang meliputi pelacakan riwayat kesehatan, kanker serviks, diabetes mellitus, hingga kanker payudara.
Skrining riwayat kesehatan bisa dilakukan peserta melalui aplikasi JKN, chat asisten BPJS Kesehatan (Chika), website BPJS Kesehatan, atau berkunjung langsung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Baca Juga : Mulai 15 Februari JD.ID Resmi Umumkan Tutup di Indonesia
Skrining diabetes dilakukan dengan memeriksa kadar gula darah, skrining kanker serviks dengan pap smear, dan skrining kanker payudara dengan pemeriksaan klinis. Ghufron Mukti mencontohkan, jika seorang pasien menderita diabetes sekaligus hipertensi maka ia memiliki resiko gagal ginjal kronis hingga 30% dan perlu mendapat layanan cuci darah BPJS Kesehatan.
“Seminggu biasanya dua kali cuci darah, sekali biaya cuci darah butuh Rp 820 – 1,2 juta. Kalau RS tipe A Rp 820 ribu, kalau BPJS Kesehatan bayarnya bisa Rp 1,2 juta lebih, ini luar biasa dan bisa membantu peserta” jelasnya.
Sumber dana di BPJS Kesehatan memang berasal dari gotong royong pesertanya, hingga tahun 2022, dana telah meningkat Rp 144 Triliun dari tahun sebelumnya Rp 40,7 Triliun.
Baca Juga : Cara Beli Tiket Kereta Panoramic Secara Online, Beroperasi Awal Februari
“Jadi memang sangat besar keuangan di BPJS Kesehatan, kalau dibanding dengan Kementerian lain, ini lebih dan jadi masalah sendiri karena ini dana miliknya peserta” pungkasnya.
Peningkatan dana BPJS Kesehatan juga diimbangi dengan bertambahnya jumlah peserta yang mencapai 250 juta atau 90% lebih populasi Indonesia, jumlah layanan yang diberikan pun terus meningkat. Sekjen Kemenkes Kunta Wibawa menuturkan layanan BPJS Kesehatan ini sangat membantu, mudah diakses masyarakat.
“Saya ingat, dulu sangat susah, takut mau ke rumah sakit, karena siapapun dia, mau kaya atau miskin pasti akan jatuh miskin setelah berobat di rumah sakit” tuturnya.
Namun kini semua orang kaya maupun miskin bisa ke rumah sakit dan semua akan mendapat perawatan oleh BPJS Kesehatan. “Yang kami beri dukungan utama diantaranya kanker, stroke, ginjal, dan jantung” tutup Kunta Wibawa.